Selasa, 23 November 2010

WISATA SABANG

WISATA SABANG


i

Rate This
Quantcast


Peta Pulau Weh
Peta Pulau Weh
Sabang adalah sebuah kota yang terletak di pulau yang bernama Pulau Weh, ini artinya pulau yang terpisah. Pulau ini terletak di sebelah utara kota Banda Aceh dengan jarak lebih kurang 18 mil dan dapat ditempuh selama 2 jam dengan kapal Ferry dan 45 menit dengan kapal cepat. Di kawasan ini juga banyak terdapat pulau-pulau kecil lainnya seperti pulau Rubiah, pulau breeh, dll. Sabang banyak mempunyai obyek wisata yang dapat dikunjungi dan sudah terkenal ke manca negara. Jika kita menuju ke arah barat, sampai di ujung barat terdapat sebuah monumen/tugu, Tugu Kilometer Nol, yaitu tugu dimana titik awal perhitungan luas Indonesia dari Sabang Sampai Meuroke.
Tugu Nol Kilometer
Tugu Nol Kilometer
Untuk mencapai tugu ini kita dapat menempuh perjalanan darat dengan mobil, kira-kira jauhnya 15 km. Biaya yang harus dikeluarkan/ongkos adalah Rp 50.000,- per orang dari pusat kota.
Sebelum nyampe  di KM NOL masih banyak obyek wisata yang dapat dinikmati yaitu Obyek Wisata Iboih, yang jaraknya cuma 5 km dari kota sabang. Disini juga banyak yang dapat dinikmati misalnya mancing, suasana pasir putih yang bersih. Disini juga tersedia berbagai macam sajian menu makanan, mi rebus pake udang, pake kepiting, pake telor, dan macam seafood lainnya. Dari iboih juga dapat melakukan penyeberangan menggunakan boat sewaan untuk melihat Obyek wisata Pulau Rubiah,
Pulau Rubiah Tampak Dari Jalan Ke KM Nol
Pulau Rubiah Tampak Dari Jalan Ke KM Nol
dengan banyaknya hiasan bawah laut, terumbu karang yang berwarna-warni dan ikan-ikan juga berwarna-warni yang cukup menarik. Boat butuh waktu sekitar 2 jam untuk mengitari pulau ini. Biaya sewa per boat hanya Rp 200 ribu rupiah yang dapat dinaiki sampai 10 orang. Pulau Rubiah memang tidak berpenghuni, tapi banyak wisatawan mancing karena banyak ikan-ikan batu karang, misalnya ikan kerapu, cumi-cumi besar, dan lain-lain.
Demikian juga,
Pintu Gerbang Masuk Ke Gapang
Pintu Gerbang Masuk Ke Gapang
sebelum anda nyampai di Iboih dan Pulau Rubiah, masih ada Obyek Wisata Gapang yang hanya berjarak 4 Km dari kota Sabang. Daerah ini juga mempunyai obyek wisata pasir putih yang indah. Disini juga tersedia Cottage yang disewakan, untuk sewa permalam tergantung jenisnya,
Siap-Siap Diving
Siap-Siap Diving
tersedia dengan harga Rp 150.000,- sampai Rp 300.000.- Anda dapat menikmati berbagai macam sajian makanan seperti di Iboih. Tapi yang utama disini ada tempat Diving bahkan ada sekolah Diving. Kita dapat menyewa alat-alat yang dibutuhkan untuk diving, totalnya per orang cuma Rp 50.000,- Anda dapat diving sepuasnya, jika haus tersedia aneka juice dan kelapa muda yang cukup enak.
Sekian dulu infonya, nanti boy nyambung lagi ya …

Sabang Kilometer NOL Indonesia

Nol kilometer
Selain pantai ada tempat menarik untuk dikunjungi. Sedari kecil kita sering bernyanyi lagu dari Sabang sampai Merauke, nah inilah saatnya kita melihat di mana titik nol kilo berada. Sayang tugu di lokasi ini sudah tak begitu terawat








update....




















Kota Sabang

Kota Sabang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kota Sabang
Lambang Kota Sabang
Lambang Kota Sabang

Lokasi Aceh Kota Sabang.svg
Peta lokasi Kota Sabang
Koordinat : 95°13'02"-95°22'36" BT, dan 05°46'28"-05°54'-28" LU
Motto -
Semboyan '
Slogan pariwisata '
Julukan
Demonim '
Provinsi Aceh
Ibu kota {{{ibukota}}}
Luas 118 km²
Penduduk
 · Jumlah 35.220 [1]
 · Kepadatan 299 jiwa/km²
Pembagian administratif
 · Kecamatan 2
 · Desa/kelurahan 18
Dasar hukum
Tanggal
Hari jadi {{{hari jadi}}}
Walikota Munawar Liza
Kode area telepon 0652
APBD -
DAU {{{dau}}}
Suku bangsa {{{suku bangsa}}}
Bahasa {{{bahasa}}}
Agama {{{agama}}}
Flora resmi {{{flora}}}
Fauna resmi {{{fauna}}}
Zona waktu {{{zona waktu}}}
Bandar udara {{{bandar udara}}}

Situs web resmi: http://www.sabangkota.go.id/
Koordinat: 5°50′ LU 95°18′ BT

Suasana di Kota Sabang
Kota Sabang adalah salah satu kota di Aceh, Indonesia. Kota ini berupa kepulauan di seberang utara pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar.
Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia, ia sering disebut sebagai titik paling utara Indonesia, tepatnya di Pulau Rondo.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Fakta Geografi

Dari segi geografis Indonesia, wilayah Kota Sabang merupakan wilayah administratif paling utara, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Thailand, dan India.
Wilayah Kota Sabang dikelilingi oleh Selat Malaka di Utara, Samudera Hindia di Selatan, Selat Malaka di Timur dan Samudera Hindia di Barat.

[sunting] Pulau

  1. Pulau Klah (0,186 km²)
  2. Pulau Rondo (0,650 km²)
  3. Pulau Rubiah (0,357 km²)
  4. Pulau Seulako (0,055 km²)
  5. Pulau Weh (121 km²)

[sunting] Topografi

  • Dataran rendah (3%)
  • Bergelombang (10%)
  • Berbukit-bukit (35%)
  • Bergunung (52%)
  • Di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan.

[sunting] Pulau Weh


Pembagian Wilayah Kecamatan di Kota Sabang
Di Pulau Weh terdapat sebuah danau air tawar bernama Danau Aneuk Laot.
Pulau Weh merupakan sebuah pulau vulkanik, sebuah pulau atol (pulau karang) yang proses terjadinya mengalami pengangkatan dari permukaan laut. Proses terjadinya dalam tiga tahapan, terbukti dari adanya tiga teras yang terletak pada ketinggian yang berbeda.
Umumnya Pulau Weh terdiri atas dua jenis batuan, yaitu tuf marina dan batuan inti. Tuf marina dijumpai hampir sepanjang pantai sampai pada ketinggian 40 sampai 50 meter. Lapisan tuf yang terlebar didapat di sekitar kota Sabang, di bagian pantai berlapis sempit. Batuan sempit adalah batuan vulkanik yang bersifat andesitik.
Berdasarkan wilayah, tampak bahwa wilayah barat Pulau Weh terdapat topografi paling berat. Mulai dari Sarong Kris sebagai puncak tertinggi di sebelah Timur, terdapat tiga barisan punggung yang berjolak menuju ke Barat Laut, sehingga lembah-lembah yang ada di antara punggung itu sempit.
Topografi di sebelah Timur terdapat sebuah pegunungan yang arahnya dari Utara ke Selatan yang memisahkan Pulau Weh Timur dengan bagian lainnya. Gunung Leumo Mate merupakan puncak yang tertinggi. Di bagian ini terdapat lapisan tuf marina yang lebih besar. Di antara bagian Barat dan Timur terdapat aliran dua buah sungai, yaitu Sungai Pria Laot dan Sungai Raya. Daerah ini merupakan sebuah slenk dari sebuah fleksun (patokan yang tidak sempurna).
Kondisi geologis wilayah ini terdiri dari 70% batuan vulkanis (andesite), 27% batuan sedimen (line stone dan sand stone), dan 3% endapan aluvial (recent deposit).

[sunting] Cuaca

Pulau Weh mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan lazimnya jatuh pada bulan September sampai Februari. Musim kemarau pada bulan Maret hingga bulan Agustus. Menurut hasil pengukuran Stasiun Meteorologi Sabang, curah hujan yang tercatat rata-rata 1.745 - 2.232 mm/tahun, dengan angka terendah pada bulan Maret sebesar 18 mm dan angka tertinggi pada bulan September sebesar 276 mm. Pada bulan September dan Oktober terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

[sunting] Sejarah

Kota Sabang sebelum Perang Dunia II adalah kota pelabuhan terpenting dibandingkan Temasek (sekarang Singapura).
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibom pesawat Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.
Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya, diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tahun 1998 pada tanggal 28 September 1998.
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
Aktivitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktivitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer.
Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit udara dan laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material konstruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh.

Pemko Sabang Tantang Pengusaha Swasta Untuk Berinvest di Sabang

Pengusaha Swasta Untuk Berinvest di Sabang

Pemko Sabang Tantang Pengusaha Swasta Untuk Berinvest di Sabang

E-mail Print PDF
Pemerintah Kota Sabang tantang para pengusaha swasta untuk menanamkan invest atau modalnya di Sabang terutama di sektor Pariwisata, bahkan Pemerintah Kota Sabang seperti yang di akui oleh Wakil Walikota Islamuddin ST Jum’at (17/9) kemarin pihaknya akan memudahkan semua urusan terkait perizinan dan hal lainya.
Menurutnya, Pengembangan pariwisata di Kota Sabang ini tidak hanya bergantung dari peran Pemerintah Daerah saja, melainkan juga memerlukan peran serta dari pihak swasta. Mendukung hal itu, Pemko Sabang akan memberikan kemudahan seperti regulasi perizinan untuk investasi di bidang pariwisata baik yang berskala kecil maupun besar.
"Infrastruktur sudah maksimal, hanya saja tinggal menunggu pihak swasta yang ingin berinvestasi," ujarnya..
Karenanya, dengan semakin meningkatnya kunjungan wisata ke Kota Sabang ini dengan sedirinya telah membuka peluang bisnis bagi pelaku-pelaku usaha untuk mengerakan usaha di Kota Sabang ini. Untuk itu, dengan fasilitas dan minat kunjungan wisata yang terus mengalami peningkatan, Pemerintah Kota Sabang menantang para pelaku usaha untuk berinvestasi di Sabang ini. "Kita tantang untuk berinvestasi, selama ini kita melihat pihak swasta kurang berani untuk investasi," katanya.
Menyangkut dengan kemudahan yang akan diberikan kepada pihak yang ingin mengembangkan usaha, Islamuddin mengatakan jika ada pelaku usaha yang benar-benar serius untuk mengembangkan usaha, pihaknya akan memberikan kemudahan untuk berbisnis salah satunya kemudahan regulasi dan perizinan. Bahkan, lanjut Islamuddin, pihaknya juga bersedia memfasilitasi lahan, jika memang benar-benar ada investor yang serius membangun resort-resort di kawasan pariwisata.
Menurutnya, sejauh ini di saat-saat tertentu banyak para wisatawan yang berkunjung ke Kota Sabang ini sering tidak mendapatkan penginapan. Sehingga ini menjadi tantangan dan peluang investasi yang pantas di kembangkan oleh pihak swasta.
Dengan demikian, bisnis penginapan di Kota Sabang ini merupakan potensi yang seharusnya dapat dikembangkan menyusul belakangan ini semakin seringnya dibuat berbagai event daerah maupun nasional di Kota Sabang ini.  "Ini terus meningkat, karena agenda yang telah ada akan ada bebebagai event yang bakal di gelar hingga akhir tahun ini," ujar Islamuddin seraya menyebutkan hingga akhir tahun ini event yang bakal digelar diantaranya Kongres JKMA, Hari Aksara, Kegiatan Pramuka tingkat nasional dan kegiatan lainnya.

Minggu, 21 November 2010

Gelar Mujahid untuk Hasan Tiro

Fri, Jun 4th 2010, 11:37

Gelar Mujahid untuk Hasan Tiro

* Wasiat Terakhir: Jaga Perdamaian

Tgk Hasan Muhammad di Tiro

Pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Tgk Hasan Muhammad Ditiro, saat melakukan kunjungan silaturahmi ke rumah tempat kelahirannya di Dusun Mali Cot, Desa Tanjong Bungong, Kecamatan Sakti, Pidie, Rabu 15 Oktober 2008. SERAMBI/M ANSHAR

BANDA ACEH - Dr Tgk Hasan Muhammad Di Tiro, tokoh sentral GAM yang dijuluki “Wali Nanggroe”, di akhir hayatnya kemarin mendapat kehormatan istimewa. Almarhum ditabalkan Malik Mahmud sebagai mujahid (pejuang -red) yang tak kenal lelah berjuang untuk Aceh.

“Beliau adalah orang yang kita tuakan di dalam negeri Aceh, beliau adalah orang yang kita tuakan dalam perjuangan. Beliau adalah mujahid yang naik dan turun gunung dan sebagai penegak nilai-nilai Islam. Dengan perjuangan demikian, apabila kita renungi, tentu tidak dapat diulangi lagi. Ini adalah perjuangan terakhir (Hasan Tiro-red),” kata mantan petinggi GAM, Malik Mahmud seusai jenazah Hasan Tiro dishalatkan di Masjid Raya Baiturrahman kemarin.

Saat menyampaikan hal itu, Malik, sang penandatangan MoU Helsinki mewakili pihak GAM, terlihat berurai air mata. Sementara sejumlah ulama dan para mantan petinggi GAM lainnya berada di sekeliling jasad Hasan Tiro.

Malik menyebutkan, semasa hidupnya, Hasan Tiro telah menoreh satu sejarah panjang dalam pergolakan konflik bersenjata di Aceh. Namun, semua itu kini telah berakhir setelah Pemerintah RI dan GAM menandatangani nota kesepahaman damai di Helsinki pada 15 Agustus  2005.

Perdamaian itu, ulas Malik, tidak terlepas dari niat besar Hasan Tiro semasa hidupnya untuk membawa rakyat Aceh yang telah lama didera konflik bersenjata agar dapat merasakan hidup damai. “Beliau telah meninggalkan amanah (perdamaian- red) ini. Amanah ini harus dijaga, jangan sampai mengecewakan almarhum. Kalau amanah ini tidak bisa kita laksanakan, maaf, itu artinya sama dengan kita mengkhianati Wali, berkhianat dari perjuangan,” kata Malik dengan suara terbata.

Sesaat kemudian Malik Mahmud menyebut kalimah syahadat diiringi doa yang kemudian diikuti seluruh jemaah.  Gubernur Irwandi Yusuf atas nama Pemerintah Aceh menyatakan duka cita mendalam atas meninggalnya Hasan Tiro. Sosok Wali, menurut Irwandi, adalah bagian tak terpisahkan dari dinamika dan romantika sejarah perjuangan Aceh yang penuh warna. Hasan Tiro juga dianggap sosok yang telah mengantarkan rakyat Aceh ke pintu gerbang kemakmuran dan kemandirian setelah berakhirnya konflik bersenjata yang hampir 30 tahun mendera.

“Sekarang terserah kita ke mana arah dan tujuan yang ingin kita capai,” kata Irwandi. Di samping Gubernur Irwandi, terlihat juga Wagub Muhammad Nazar yang ikut shalat jenazah di Masjid Raya Baiturrahman kemarin.

Pesan terakhir
Hasan Tiro menyimpan obsesi besar agar perdamaian yang telah tertoreh di Bumi Aceh terus bersemi, tumbuh, dan berkembang sebagaimana yang dicita-citakannya semasa hidup. Hal itu disampaikan dr Farid Hussein yang dikenal sebagai arsitek perdamaian Aceh mewakili pemerintah RI dalam perundingan di Helsinki. “Beliau memiliki komitmen besar agar kelak perdamaian ini terwujud. Dan itu selalu beliau utarakan setiap kali saya ketemu beliau. Jaga perdamaian ini, tumbuhkembangkan perdamaian. Itu pesan terakhir yang disampaikan sebelum beliau sakit,” kata Farid saat melayat ke rumah dinas Ketua DPRA, Hasbi Abdullah, tempat jasad Hasan Tiro disemanyamkan sebelum menuju peristirahatan terakhir di Desa Meureu, Indrapuri, Aceh Besar.

Farid yang didampingi Juha Christensen menyebutkan, sosok Hasan Tiro sebelum sakit adalah tokoh yang terbuka dalam menerima perdamaian. “Beliau tahu betul tentang perdamaian dan kami yang mengajak beliau ke Aceh pada tahun 2008,” katanya.  “Beliau sosok yang luar biasa. Beliau begitu dekat dengan kami, selalu tersenyum. Dia adalah pendamai dan komitmen perdamaian pada diri beliau itu sangat besar,” ujarnya mengenang Hasan Tiro.

Karim sedih
Sementara itu, anak semata wayang Hasan Tiro, yakni Karim Tiro hingga sore kemarin belum diperoleh kabar terkait kepulanganya ke Aceh untuk melihat jasad ayahnya untuk terakhir kali. Namun, semua prosesi berjalan lancar sampai jasad Hasan Tiro dibawa ke peristirahatan terakhir dan dimakamkan di Desa Meuru, Indrapuri, tanpa dihadiri Karim.

Walau tak dapat pulang ke Aceh, namun Karim menyatakan sedih mendengar berita kepergian ayahnya. “Karim mengatakan serbasalah. Sekarang ibunya juga sedang sakit dan dirawat, ia harus menjaga ibunya. Dia merasa sedih tak bisa pulang ke Aceh,” kata Fauzi Zainal Abidin, keponakan Hasan Tiro kepada Serambi.

Karim Tiro yang sudah menikah, tinggal bersama ibunya, Dora, di Ohio, Amerika Serikat. Menurut infromasi, ibunya yang kini berusia 77 tahun dalam keadaan sakit. Karim yang selama ini menjaga ibunya dirawat. Kini, Karim Tiro sudah menjadi doktor bidang sejarah di Xavier University, Amerika Serikat.

Fauzi juga belum dapat memastikan apakah dalam waktu dekat Karim, ayah dari Alexander itu akan pulang ke Aceh untuk menziarahi makam ayahnya. “Sampai sejauh ini belum ada. Belum ada jawaban,” katanya. Penegasan soal Karim tidak pulang ke Aceh justru diperoleh Serambi dari keluarga dekat Hasan Tiro, Musanna bin Abdul Wahab. Menurutnya, belum ada kepastian Karim akan pulang ke Aceh. “Tapi kita sudah sampaikan kabar ini. Dan dia memang mengatakan tidak bisa pulang,” ujarnya.

Musanna menambahkan, pihaknya langsung mengabarkan kepada Karim Tiro via telepon selular tentang meninggal orang tuanya kemarin siang. “Sekitar pukul 12.30 WIB tadi (kemarin) kami langsung hubungi Karim untuk menyampaikan kabar duka. Dia tidak bisa banyak bicara ketika mendegar kabar duka itu. Namun, dia pastikan tak bisa pulang dalam waktu dekat, karena ibunya (Dora) tidak ada yang menjaga,” kata Musanna mengakhir pembicaraan.

Diiringi selawat
Sebelum dibawa ke Masjid Raya Baiturrahman, jenazah Hasan Tiro disemanyamkan di rumah dinas Ketua DPRA, Hasbi Abdullah di kawasan lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Tampak sejumlah pelayat datang memberi penghormatan terakhir kepada tokoh pendiri GAM itu pada 1976. Termasuk beberapa ulama, di antaranya Tgk H Muhibuddin Waly, Wakil Ketua MPU, Tgk H A Rahman Kaoy. Di antara pelayat tampak Gubernur Irwandi berbaur bersama warga maupun mantan anggota GAM.

Sekitar pukul 16.00 WIB, setelah menjalani proses fardhu kifayah, jenazah Hasan Tiro dibawa ke Masjid Raya Baiturahman. Jenazah diusung berjalan kaki dari rumah duka diiringi selawat sepanjang perjalanan. Di antara pengantar jenazah, tampak sejumlah mantan petinggi GAM, Malik Mahmud, dr Zaini Abdullah, ajudan pribadi Wali, Muzakir Abdul Hamid, Tgk Zakaria Saman, Wagub Muhammad Nazar, dan sejumlah keluarga dekat almarhum. Juga tampak perwakilan Pemerintah RI, dr Farid Hussein. Ia didampingi Juha Christensen.

Di Masjid Raya, massa juga terlihat berkumpul dalam jumlah besar untuk mengirimkan doa terakhir kepada almarhum. Prosesi shalat jenazah dipimpin Tgk Abdurrahman, yang kabarnya merupakan keturunan dari pahwalan nasional Cut Nyak Dhien. Sekitar pukul 17.00 WIB, jenazah diberangkatkan ke Meureu, Indrapuri, Aceh Besar dengan iringan puluhan mobil. (sar)

In Memoriam Hasan Tiro

SERAMBI ACEH

Fri, Jun 4th 2010, 11:41

In Memoriam Hasan Tiro

Berakhirnya Sebuah Catatan Harian

“Tumbuh suburkan terus perdamaian Aceh. Andai saya mati besok, perdamaian Aceh harus tetap berlanjut.” (Hasan Tiro,  11 Oktober 2008) TEUNGKU HASAN TIRO yang Kamis kemarin tutup usia menjelang 85 tahun adalah sosok yang sangat cinta Aceh, seperti kecintaannya terhadap Indonesia pada awalnya. Ia tadinya nasionalis sejati, mengabdi sepenuh hati untuk republik ini. Bahkan saat berumur 20 pada tahun 1945 ia ikut menggerek Bendera Merah Putih di kampungnya, Tanjong Bungong, Pidie.

Hasan Tiro muda mendapat banyak pengajaran tentang nasionalisme dari guru idolanya, HM Nur El-Ibrahimi. Itu sebab, ketika tokoh-tokoh Aceh mendukung kemerdekaan Indonesia, Hasan Tiro yang masih muda langsung bergabung dalam Barisan Pemuda Indonesia di daerahnya. Lalu pada 24 September 1945, keluarga besar Tiro, termasuk pamannya, Umar Tiro, mengaku setia kepada Indonesia.

Ia juga tak pernah menampik ketika mendapat beasiswa dari Pemerintah Indonesia untuk kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Karena jenius, Hasan Tiro direkomendasikan Teungku Daud Beureueh kepada Perdana Menteri Indonesia waktu itu, Syafruddin Prawiranegara, untuk kuliah di UII. Hasan Tiro diterima di Fakultas Hukum dan tamat tahun 1949. Di universitas ini namanya tercatat sebagai pendiri Pustaka UII bersama Kahar Muzakkar, tokoh Sulawesi Selatan yang kelak menggerakkan pemberontakan DI/TII bersama Daud Beureueh dan Imam Kartosuwiryo (1953-1962).

Tamat dari UII, Hasan Tiro kembali ke Aceh, bekerja pada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di bawah Perdana Menteri Syarifuddin Prawiranegara. Saat itu ibu kota negara dipindah ke Aceh, mengingat Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia sudah dikuasai Belanda saat terjadi agresi kedua Belanda.
Saat umurnya 25 tahun, pria kelahiran 25 September 1925 ini terpilih sebagai mahasiswa yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan program magister dan doktoral di Universitas Columbia, Amerika Serikat (AS). Ia akhirnya kuliah di Jurusan Politik dan Hukum Internasional. Disertasi doktornya yang berjudul “Konstitusionalisme Kesultanan Aceh” menunjukkan betapa ia paham dan cinta Aceh.
Sambil kuliah, Hasan Tiro bekerja pada Perutusan Tetap RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berkantor di New York.  Tapi karena merasa Jakarta “melukai” Aceh, nuraninya berontak, lalu berbalik memusuhi Pemerintah Indonesia. Ia bahkan rela melepas jabatan Staf Penerangan PTRI untuk PBB, semata-mata demi Aceh.
Itu terjadi ketika ia–berdasarkan mandat yang diberikan Teungku Daud Beureueh, pemimpin DI/TII di Aceh–mendaftarkan diri sebagai Menteri/Duta Besar Darul Islam Indonesia/Negara Islam Indonesia di PBB pada tahun 1954, saat DI/TII bergolak di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Tapi PBB menolak Hasan Tiro.

Awalnya nurani Hasan Tiro tergetar saat mendapat kabar di New York bahwa sekitar 92 warga sipil di Pulot, Cot Jeumpa Leupung, Aceh Besar, dibantai serdadu republik pada 26 Februari 1954. Ini ekses akibat ditembaknya belasan prajurit Indonesia oleh mujahidin DI/TII Aceh dua pekan sebelumnya. Karena para mujahid sudah menghilang dari kawasan itu, maka warga sipillah yang dijejerkan di pinggir laut, lalu ditembak mati. Hanya satu yang tersisa hidup. Ia pula yang membeberkan pembantaian sadis itu kepada Acha, wartawan Harian Peristiwa. Asahi Simbun, Washington Post, dan New York Times ikut melansir berita tersebut, sehingga Hasan Tiro membacanya.

Dari kota “melting pot” New York, spontan ia layangkan surat pada 1 September 1954 kepada Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo. Ia desak Indonesia minta maaf dan mengakui bahwa pembantaian warga sipil tersebut merupakan genosida (pembantaian etnis Aceh). Para pelaku dia minta dihukum berat.
Ia beri tenggat waktu sekitar dua minggu kepada Ali Sastro merespons tuntutannya. Jika tidak, maka Hasan Tiro akan resmi mendaftarkan dirinya sebagai Dubes Darul Islam Indonesia di PBB. Karena Ali Sastro tak menggubris, gertakan itu akhirnya jadi kenyataan. Ini pemberontakan pertama Hasan Tiro kepada Indonesia. Akibatnya, paspor diplomatiknya dicabut, sehingga ia menjadi sosok yang tak punya kewarganegaraan (stateless). Untung ia tak ditahan Imigrasi AS, karena mampu membayar denda 500 US dolar. Untung pula ada dua senator AS kenalannya yang membuat rekom, sehingga Hasan Tiro mendapat status permanent residence di New York.

Setamat kuliah S3 di Columbia University, Hasan Tiro menikahi Dora, perempuan keturunan Iran berkebangsaan Amerika. Dari basil perkawinan itu, pasangan ini dianugerahi putra tunggal, Karim Tiro.
Jauh dari Aceh makin menambah rasa keacehannya. Apalagi dia menganggap Aceh yang merupakan daerah modal justru dikhianati dan dilecehkan Jakarta. Baginya, Indonesia terlalu luas untuk diatur secara sentralistik dari Jakarta. Pada tahun 1958, Hasan Tiro menuangkan pemikiran dalam buku berjudul “Demokrasi untuk Indonesia”. Di situ ia tawarkan federasi sebagai bentuk Pemerintah Indonesia. Jadi, sebetulnya sejak DI/TII bergolak pada 1950-an, sudah tertanam benih-benih “Aceh harus bebas dari penindasan Jakarta” di benak Hasan Tiro. Kristalisasi ini berbuah pada 4 Desember 1976, saat ia deklarasikan Aceh Merdeka di Bukit Halimon, Luengputu, Pidie.

Ada dua dokumen penting yang dia dapat di Markas PBB yang membulatkan tekadnya untuk memisahkan Aceh dari Indonesia. Dokumen itu berupa Resolusi PBB tentang Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri (Right to Self Determination). Dokumen lainnya, berupa resolusi bahwa negara kolonial tidak boleh menyerahkan anak jajahannya kepada negara lain. Ia menilai, Perang Belanda terhadap Aceh tidak menyebabkan Aceh takluk dan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda. Selain itu, Belanda tak berdasar menyerahkan Aceh–melalui Konferensi Meja Bundar 1949–kepada Indonesia (Jawa), mengingat Belanda tak berkuasa penuh atas Aceh, malah lari meninggalkan Aceh, setelah tentara Jepang diundang ulama masuk Aceh.
Ditambah alasan-alasan sejarah, etnosentris, dan penguasaan ekonomi oleh Jakarta atas Aceh, membuat Hasan Tiro punya banyak alasan menyambung perjuangan kakek buyutnya, Tgk Chik Di Tiro, untuk mempertahankan kedaulatan Aceh. Ia mengimajinasikan sebuah negara/kerajaan sambungan (succesor state). Untuk itu, Aceh harus mandiri dari Indonesia.

Tinggalkan Karim

Untuk mewujudkan obsesinya, pada 4 September 1976, Hasan Tiro meninggalkan kehidupan penuh glamor, istri yang cantik (Dora), dan anak semata wayang (Karim) yang baru berumur 6 tahun di Riverdale, New York, lalu ia kembali ke Aceh untuk berjuang memisahkan Aceh. Pada 4 Desember 1976 ia deklarasikan Aceh Merdeka. Ini maklumat perang untuk Indonesia. Sejak itu, resmilah Hasan Tiro untuk kedua kalinya menjadi musuh utama republik. Padahal awalnya, Hasan Tiro itu orang republik, sangat republiken, tapi akhirnya melawan republik karena ia merasa Jakarta mengkhianati Aceh lebih dari sekali.
Tahun 1981 ia tulis buku “The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Teungku Hasan Tiro”. Catatan harian yang tak kunjung selesai itu ia tulis selama bergerilya di hutan Aceh. Menurutnya, hanya orang gila yang mau melakukan itu, mengingat tadinya ia hidup enak di New York. Hampir tiga dasawarsa perjuangan memerdekakan Aceh itu dia pimpin. Pengikutnya makin bertambah, demikian pula persenjataan dan personel terlatih. Semakin gencar GAM berjuang, semakin represif pula respons aparat keamanan Indonesia. Lalu, korban berjatuhan di sana-sini, lebih dari 33.000 orang tewas.

Tapi akhirnya, celah menuju damai tersibak. Setelah JoU Jeda Kemanusiaan pada tahun 2000 gagal, berganti dengan darurat militer dan darurat sipil, Allah menggenapkan darurat Aceh dengan darurat tsunami. Sekitar 200.000 warga Aceh meninggal dan hilang. Hasan Tiro yang saat itu menonton tayangan televisi di Norsborg, Swedia, menitikkan air mata. Aceh yang ingin dia rebut sedang luluh lantak. Terjerembab ke titik nadir peradaban. Perlu kondisi damai untuk membangun kembali Aceh dari keterpurukan.

Lalu, Hasan Tiro dan elite GAM menyahuti tawaran RI untuk berdamai di Helsinki. Perdamaian ini pula yang memungkinan Hasan Tiro dan Malik Mahmud yang awalnya paling dicari aparat keamanan Indonesia, bisa leluasa pulang ke Aceh pada 11 Oktober 2008. Setelah itu ia makin sering bolak balik dari ke Banda Aceh.
Saat batang usianya mendekati 85 tahun, ternyata ia berjodoh dengan Aceh, sekaligus dengan Indonesia. Kemarin ia wafat setelah 26 jam menjadi warga negara Indonesia kembali. Maka, catatan harian tentang dirinya pun berakhir sudah. Konflik Aceh berujung damai dan Hasan Tiro pun berpulang dalam damai.
Kita mencatat, Hasan Tiro adalah sosok sentral yang mempertinggi posisi tawar Aceh di mata Jakarta, sehingga di taman raya Indonesia, Aceh mendapat status otonomi khusus yang luar biasa. Terima kasih Teungku, selamat jalan Wali. Sebagaimana ia pesankan di awal tulisan ini, mari kita tumbuh suburkan terus perdamaian Aceh, kendati ia sudah tiada. (yarmen dinamika)

Jumat, 12 November 2010

Silsilah Dan Asal Usul Marga-Marga Batak dari Si Raja Batak

Silsilah Dan Asal Usul Marga-Marga Batak dari Si Raja Batak


Horas...Somba marhula hula, Manat mardongan tubu, Elek marboru..


Berikut adalah silsilah marga-marga batak yang berasal dari Si Raja Batak yang disadur dari buku "Kamus Budaya Batak Toba" karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987. Silsilah Raja Batak ini dicoba diterjemahkan dalam bentuk postingan biasa, semoga tidak membingungkan bagi pembaca yang kebetulan ingin mencari asal mula marganya SI RAJA BATAK dan keturunannya.

SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu :

1. GURU TATEA BULAN.
2. RAJA ISOMBAON.GURU TATEA BULAN

Dari istrinya yang bernama SI BORU BASO BURNING, GURU TATEA BULAN memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :

- Putra :
a. SI RAJA BIAK-BIAK, pergi ke daerah Aceh.
b. TUAN SARIBURAJA.
c. LIMBONG MULANA.
d. SAGALA RAJA.
e. MALAU RAJA.

- Putri :
1. SI BORU PAREME, kawin dengan TUAN SARIBURAJA.
2. SI BORU ANTING SABUNGAN, kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA, putra RAJA ISOMBAON.
3. SI BORU BIDING LAUT, juga kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA.
4. SI BORU NAN TINJO, tidak kawin (banci).

TATEA BULAN artinya "TERTAYANG BULAN" = "TERTATANG BULAN".
RAJA ISOMBAON (RAJA ISUMBAON) RAJA ISOMBAON artinya RAJA YANG DISEMBAH. Isombaon kata dasarnya somba (sembah).

Semua keturunan SI RAJA BATAK dapat dibagi atas 2 golongan besar :
a. Golongan TATEA BULAN = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga GOLONGAN HULA-HULA = MARGA LONTUNG.
b. Golongan ISOMBAON = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga GOLONGAN BORU = MARGA SUMBA.

Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera SI SINGAMANGARAJA), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan SI RAJA BATAK.

SARIBURAJA dan Marga-marga Keturunannya SARIBURAJA adalah nama putra kedua dari GURU TATEA BULAN. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama SI BORU PAREME dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis).
Mula-mula SARIBURAJA kawin dengan NAI MARGIRING LAUT, yang melahirkan putra bernama RAJA IBORBORON (BORBOR). Tetapi kemudian SI BORU PAREME menggoda abangnya SARIBURAJA, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.
Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu LIMBONG MULANA, SAGALA RAJA, dan MALAU RAJA, maka ketiga bersaudara tersebut sepakat untuk membunuh SARIBURAJA. Akibatnya SARIBURAJA menyelamatkan diri dan pergi mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan SI BORU PAREME yang sedang dalam keadaan hamil.

Ketika SI BORU PAREME hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, Tetapi di hutan tersebut SARIBURAJA kebetulan bertemu kembali dengan SI BORU PAREME.
SARIBURAJA datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi "istrinya" di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan SI BORU PAREME di dalam hutan. SI BORU PAREME kemudian melahirkan seorang putra yang diberi nama SI RAJA LONTUNG.

Dari istrinya sang harimau, SARIBURAJA memperoleh seorang putra yang diberi nama SI RAJA BABIAT. Di kemudian hari SI RAJA BABIAT mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga BAYOANGIN, karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya.

SARIBURAJA kemudian berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus. SI RAJA LONTUNG, Putra pertama dari TUAN SARIBURAJA. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu :

- Putra :
a. TUAN SITUMORANG, keturunannya bermarga SITUMORANG.
b. SINAGA RAJA, keturunannya bermarga SINAGA.
c. PANDIANGAN, keturunannya bermarga PANDIANGAN.
d. TOGA NAINGGOLAN, keturunannya bermarga NAINGGOLAN.
e. SIMATUPANG, keturunannya bermarga SIMATUPANG.
f. ARITONANG, keturunannya bermarga ARITONANG.
g. SIREGAR, keturunannya bermarga SIREGAR.

- Putri :
a. SI BORU ANAKPANDAN, kawin dengan TOGA SIHOMBING.
b. SI BORU PANGGABEAN, kawin dengan TOGA SIMAMORA.

Karena semua putra dan putri dari SI RAJA LONTUNG berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama LONTUNG SI SIA MARINA, PASIA BORUNA SIHOMBING SIMAMORA. SI SIA
MARINA = SEMBILAN SATU IBU.

Dari keturunan SITUMORANG, lahir marga-marga cabang LUMBAN PANDE, LUMBAN NAHOR, SUHUTNIHUTA, SIRINGORINGO,
SITOHANG, RUMAPEA, PADANG, SOLIN.

Dari keturunan SINAGA, lahir marga-marga cabang SIMANJORANG, SIMANDALAHI, BARUTU. Dari keturunan PANDIANGAN, lahir
marga-marga cabang SAMOSIR, GULTOM, PAKPAHAN, SIDARI, SITINJAK, HARIANJA.

Dari keturunan NAINGGOLAN, lahir marga-marga cabang RUMAHOMBAR, PARHUSIP, BATUBARA, LUMBAN TUNGKUP, LUMBAN SIANTAR, HUTABALIAN, LUMBAN RAJA, PUSUK, BUATON, NAHULAE.

Dari keturunan SIMATUPANG lahir marga-marga cabang
TOGATOROP (SITOGATOROP), SIANTURI, SIBURIAN.

Dari keturunan ARITONANG, lahir marga-marga cabang OMPU SUNGGU, RAJAGUKGUK, SIMAREMARE.

Dari keturunan SIREGAR, lahir marga-marga cabang SILO, DONGARAN, SILALI, SIAGIAN, RITONGA, SORMIN.

SI RAJA BORBOR Putra kedua dari TUAN SARIBURAJA, dilahirkan
oleh NAI MARGIRING LAUT. Semua keturunannya disebut marga BORBOR. Cucu RAJA BORBOR yang bernama DATU TALADIBABANA (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :
1. DATU DALU (SAHANGMAIMA), Keturunan DATU DALU melahirkan marga-marga berikut :
a. PASARIBU, BATUBARA, HABEAHAN, BONDAR, GORAT.
b. TINENDANG, TANGKAR.
c. MATONDANG.
d. SARUKSUK.
e. TARIHORAN.
f. PARAPAT.
g. RANGKUTI.

2. SIPAHUTAR, keturunannya bermarga SIPAHUTAR.
3. HARAHAP, keturunannya bermarga HARAHAP.
4. TANJUNG, keturunannya bermarga TANJUNG.
5. DATU PULUNGAN, keturunannya bermarga PULUNGAN.
6. SIMARGOLANG, keturunannya bermarga SIMARGOLANG.

Keturunan DATU PULUNGAN melahirkan marga-marga LUBIS dan HUTASUHUT. LIMBONG MULANA dan Marga-marga Keturunannya LIMBONG MULANA adalah putra ketiga dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga LIMBONG. Dia mempunyai 2 orang putra, yaitu PALU ONGGANG dan LANGGAT LIMBONG.
Putra dari LANGGAT LIMBONG ada 3 orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga SIHOLE dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga HABEAHAN. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu LIMBONG.

SAGALA RAJA Putra keempat dari GURU TATEA BULAN. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga SAGALA.

LAU RAJA dan Marga-marga Keturunannya LAU RAJA adalah putra kelima dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga MALAU. Dia mempunyai 4 orang putra, yaitu :
a. PASE RAJA, keturunannya bermarga PASE.
b. AMBARITA, keturunannya bermarga AMBARITA.
c. GURNING, keturunannya bermarga GURNING.
d. LAMBE RAJA, keturunannya bermarga LAMBE. Salah seorang keturunan LAU RAJA diberi nama MANIK RAJA, yang kemudian menjadi asal-usul lahirnya marga MANIK.

TUAN SORIMANGARAJA dan Marga-marga KeturunannyaTUAN SORIMANGARAJA adalah putra pertama dari RAJA ISOMBAON. Dari ketiga putra RAJA ISOMBAON, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
a. SI BORU ANTING MALELA (NAI RASAON), putri dari GURU TATEA BULAN.
b. SI BORU BIDING LAUT (NAI AMBATON), juga putri dari GURU TATEA BULAN.
c. SI BORU SANGGUL HAOMASAN (NAI SUANON).

SI BORU ANTING MALELA melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DJULU (OMPU RAJA NABOLON), gelar NAI AMBATON.

SI BORU BIDING LAUT melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DIJAE (RAJA MANGARERAK), gelar NAI RASAON.
SI BORU SANGGUL HAOMASAN melahirkan putra yang bernama TUAN SORBADIBANUA, gelar NAI SUANON.

NAI AMBATON (TUAN SORBA DJULU / OMPU RAJA NABOLON) Nama (gelar) putra sulung TUAN SORIMANGARAJA lahir dari istri pertamanya yang bernama NAI AMBATON. Nama sebenarnya adalah OMPU RAJA NABOLON, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga NAI AMBATON menurut nama ibu leluhurnya.NAI AMBATON mempunyai 4 orang putra, yaitu :
a. SIMBOLON TUA, keturunannya bermarga SIMBOLON.
b. TAMBA TUA, keturunannya bermarga TAMBA.
c. SARAGI TUA, keturunannya bermarga SARAGI.
d. MUNTE TUA, keturunannya bermarga MUNTE (MUNTE, NAI MUNTE, atau DALIMUNTE). Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku "Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W. Hutagalung) :

a. Dari SIMBOLON : TINAMBUNAN, TUMANGGOR, MAHARAJA, TURUTAN, NAHAMPUN, PINAYUNGAN. Juga marga-marga BERAMPU dan PASI.
b. Dari TAMBA : SIALLAGAN, TOMOK, SIDABUTAR, SIJABAT, GUSAR, SIADARI, SIDABOLAK, RUMAHORBO, NAPITU.
c. Dari SARAGI : SIMALANGO, SAING, SIMARMATA, NADEAK, SIDABUNGKE.
d. Dari MUNTE : SITANGGANG, MANIHURUK, SIDAURUK, TURNIP, SITIO, SIGALINGGING.

Keterangan lain mengatakan bahwa NAI AMBATON mempunyai 2 orang putra, yaitu SIMBOLON TUA dan SIGALINGGING.
SIMBOLON TUA mempunyai 5 orang putra, yaitu SIMBOLON, TAMBA, SARAGI, MUNTE, dan NAHAMPUN. Walaupun keturunan NAI AMBATON sudah terdiri dari berpuluih-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antar sesama marga keturunan NAI AMBATON.
Catatan mengenai OMPU BADA, menurut buku "Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W. Hutagalung, OMPU BADA tersebut adalah keturunan NAI AMBATON pada sundut kesepuluh.Menurut keterangan dari salah seorang keturunan OMPU BADA (MPU BADA) bermarga GAJAH, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut :
a. MPU BADA ialah asal-usul dari marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, dan BARASA.
b. Keenam marga tersebut dinamai SIENEMKODIN (Enem = enam, Kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan MPU BADA pun dinamai SIENEMKODIN.
c. MPU BADA bukan keturunan NAI AMBATON, juga bukan keturunan SI RAJA BATAK dari Pusuk Buhit.
d. Lama sebelum SI RAJA BATAK bermukim di Pusuk Buhit, OMPU BADA telah ada di tanah Dairi. Keturunan MPU BADA merupakan ahli-ahli yang trampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
e. Keturunan MPU BADA menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah Dairi dan Tapanuli bagian barat.

NAI RASAON (RAJA MANGARERAK) : nama (gelar) putra kedua dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri kedua TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI RASAON. Nama sebenarnya ialah RAJA MANGARERAK, tetapi hingga sekarang semua keturunan RAJA MANGARERAK lebih sering dinamai orang NAI RASAON. RAJA MANGARERAK mempunyai 2 orang putra, yaitu RAJA MARDOPANG dan RAJA MANGATUR.

Ada 4 marga pokok dari keturunan RAJA MANGARERAK :
a. Dari RAJA MARDOPANG, menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga SITORUS, SIRAIT, dan BUTAR BUTAR.
b. Dari RAJA MANGATUR, menurut nama putranya, TOGA MANURUNG, lahir marga MANURUNG. Marga PANE adalah marga cabang dari SITORUS.
NAI SUANON (TUAN SORBADIBANUA) : nama (gelar) putra ketiga dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri ketiga TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI SUANON. Nama sebenarnya
ialah TUAN SORBADIBANUA, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai TUAN SORBADIBANUA. TUAN SORBADIBANUA mempunyai 2 orang istri dan memperoleh 8 orang putra. Dari istri pertama (putri SARIBURAJA) :
a. SI BAGOT NI POHAN, keturunannya bermarga POHAN.
b. SI PAET TUA.
c. SI LAHI SABUNGAN, keturunannya bermarga SILALAHI.
d. SI RAJA OLOAN.
e. SI RAJA HUTA LIMA. Dari istri kedua (BORU SIBASOPAET, putri Mojopahit) :
a. SI RAJA SUMBA.
b. SI RAJA SOBU.
c. TOGA NAIPOSPOS, keturunannya bermarga NAIPOSPOS. Keluarga TUAN SORBADIBANUA bermukim di Lobu Parserahan - Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, TUAN SORBADIBANUA menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata SI RAJA HUTA LIMA terkena oleh lembing SI RAJA SOBU. Hal tersebut
mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh TUAN SORBADIBANUA. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang 3 orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki gunung Dolok Tolong sebelah barat.
Keturunan TUAN SORBADIBANUA berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.

Keturunan SI BAGOT NI POHAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. TAMPUBOLON, BARIMBING, SILAEN.
b. SIAHAAN, SIMANJUNTAK, HUTAGAOL, NASUTION.
c. PANJAITAN, SIAGIAN, SILITONGA, SIANIPAR, PARDOSI.
d. SIMANGUNSONG, MARPAUNG, NAPITUPULU, PARDEDE.

Keturunan SI PAET TUA melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. HUTAHAEAN, HUTAJULU, ARUAN.
b. SIBARANI, SIBUEA, SARUMPAET.
c. PANGARIBUAN, HUTAPEA

Keturunan SI LAHI SABUNGAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. SIHALOHO.
b. SITUNGKIR, SIPANGKAR, SIPAYUNG.
c. SIRUMASONDI, RUMASINGAP, DEPARI.
d. SIDABUTAR.
e. SIDABARIBA, SOLIA.
f. SIDEBANG, BOLIALA.
g. PINTUBATU, SIGIRO.
h. TAMBUN (TAMBUNAN), DOLOKSARIBU, SINURAT, NAIBORHU, NADAPDAP, PAGARAJI, SUNGE, BARUARA, LUMBAN PEA, LUMBAN GAOL.

Keturunan SI RAJA OLOAN melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. NAIBAHO, UJUNG, BINTANG, MANIK, ANGKAT, HUTADIRI, SINAMO, CAPA.
b. SIHOTANG, HASUGIAN, MATANIARI, LINGGA, MANIK.
c. BANGKARA.
d. SINAMBELA, DAIRI.
e. SIHITE, SILEANG.
f. SIMANULLANG.

Keturunan SI RAJA HUTA LIMA melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. MAHA.
b. SAMBO.
c. PARDOSI, SEMBIRING MELIALA.

Keturunan SI RAJA SUMBA melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. SIMAMORA, RAMBE, PURBA, MANALU, DEBATARAJA, GIRSANG, TAMBAK, SIBORO.
b. SIHOMBING, SILABAN, LUMBAN TORUAN, NABABAN, HUTASOIT, SITINDAON, BINJORI.

Keturunan SI RAJA SOBU melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. SITOMPUL.
b. HASIBUAN, HUTABARAT, PANGGABEAN, HUTAGALUNG, HUTATORUAN, SIMORANGKIR, HUTAPEA, LUMBAN TOBING, MISMIS.

Keturunan TOGA NAIPOSPOS melahirkan marga dan marga cabang berikut:
a. MARBUN, LUMBAN BATU, BANJARNAHOR, LUMBAN GAOL, MEHA, MUNGKUR, SARAAN.
b. SIBAGARIANG, HUTAURUK, SIMANUNGKALIT, SITUMEANG.

***DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)

Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga
dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga). Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut: "Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang; Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan", artinya: "Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput; Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji". Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:
a. MARBUN dengan SIHOTANG.
b. PANJAITAN dengan MANULLANG.
c. TAMPUBOLON dengan SITOMPUL.
d. SITORUS dengan HUTAJULU - HUTAHAEAN - ARUAN.
e. NAHAMPUN dengan SITUMORANG.

CATATAN TAMBAHAN:

1. Selain PANE, marga-marga cabang lainnya dari SITORUS adalah BOLTOK dan DORI.

2. Marga-marga PANJAITAN, SILITONGA, SIANIPAR, SIAGIAN, dan PARDOSI tergabung dalan suatu punguan (perkumpulan) yang bernama TUAN DIBANGARNA.
Menurut yang saya ketahui, dahulu antar seluruh marga TUAN DIBANGARNA ini tidak boleh saling kawin. Tetapi entah kapan ada perjanjian khusus antara marga SIAGIAN dan PANJAITAN, bahwa sejak saat itu antar mereka (kedua marga itu) boleh saling kawin.

3. Marga SIMORANGKIR adalah salah satu marga cabang dari PANGGABEAN. Marga-marga cabang lainnya adalah LUMBAN RATUS dan LUMBAN SIAGIAN.

4. Marga PANJAITAN selain mempunyai ikatan janji (padan) dengan marga SIMANULLANG, juga dengan marga-marga SINAMBELA dan SIBUEA.

5. Marga SIMANJUNTAK terbagi 2, yaitu HORBOJOLO dan HORBOPUDI. Hubungan antara kedua marga cabang ini tidaklah harmonis alias bermusuhan selama bertahun-tahun, bahkan sampai sekarang. (mereka yang masih bermusuhan sering dikecam oleh batak lainnya dan dianggap batak bodoh)

6. TAMPUBOLON mempunyai putra-putra yang bernama BARIMBING, SILAEN, dan si kembar LUMBAN ATAS & SIBULELE. Nama-nama dari mereka tersebut menjadi nama-nama marga cabang dari TAMPUBOLON (sebagaimana biasanya cara pemberian nama marga cabang pada marga-marga lainnya).

7. Pada umumnya, jika seorang mengatakan bahwa dia bermarga SIAGIAN, maka itu adalah SIAGIAN yang termasuk TUAN DIBANGARNA, jadi bukan SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari SIREGAR ataupun LUMBAN SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari PANGGABEAN. Selanjutnya biasanya marga SIAGIAN dari TUAN DIBANGARNA akan bertarombo kembali menanyakan asalnya dan nomor keturunan. Kebetulan saya marga SIAGIAN dari PARPAGALOTE.

8. Marga SIREGAR, selain terdapat di suku Batak Toba, juga terdapat di suku Batak Angkola (Mandailing). Yang di Batak Toba biasa disebut "Siregar Utara", sedangkan yang di Batak Angkola (Mandailing) biasa disebut "Siregar Selatan".

9. Marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, BARASA, NAHAMPUN, TUMANGGOR, ANGKAT, BINTANG, TINAMBUNAN, TINENDANG, BARUTU, HUTADIRI, MATANIARI, PADANG, SIHOTANG, dan SOLIN juga terdapat di suku Batak Pakpak (Dairi).

10. Di suku Batak Pakpak (Dairi) terdapat beberapa padanan marga yaitu:
a. BUNUREA disebut juga BANUREA.
b. TUMANGGOR disebut juga TUMANGGER.
c. BARUTU disebut juga BERUTU.
d. HUTADIRI disebut juga KUDADIRI.
e. MATANIARI disebut juga MATAHARI.
f. SIHOTANG disebut juga SIKETANG.

11. Marga SEMBIRING MELIALA juga terdapat di suku Batak Karo. SEMBIRING adalah marga induknya, sedangkan MELIALA adalah salah satu marga cabangnya.

12. Marga DEPARI juga terdapat di suku Batak Karo. Marga tersebut juga merupakan salah satu marga cabang dari SEMBIRING.

13. Jangan keliru (bedakan):
a. SITOHANG dengan SIHOTANG.
b. SIADARI dengan SIDARI.
c. BUTAR BUTAR dengan SIDABUTAR.
d. SARAGI (Batak Toba) tanpa huruf abjad "H" dengan SARAGIH (Batak Simalungun) ada huruf abjad "H".

14. Entah kebetulan atau barangkali memang ada kaitannya, marga LIMBONG juga terdapat di suku Toraja di pulau Sulawesi.

15. Marga PURBA juga terdapat di suku Batak Simalungun.

Mauliate godang, Horas.........