BERHARAP KEPADA TUHAN
Daud adalah orang yang rendah hati,
dia tidak menggunakan kesempatan yang ada untuk menyombongkan diri atas
berkenannya Allah kepadanya. Dia adalah orang yang Allah pilih, kedekatannya
dengan Allah menjadikan dia orang yang diberkati, dia bisa mengalahkan Goliat dan
bisa mengalahkan berlaksa – laksa orang dalam peperangan, bisa mengejar hal –
hal yang tinggi, tetapi dalam nas ini dia menyatakan sebaliknya “Tuhan aku
tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal –
hal yang terlalu besar atau hal – hal yang terlalu ajaib bagiku (ayat 1).
Bagaimana dengan manusia di jaman
sekarang ? Kita seringkali berdebat dengan Allah ketika menemukan kesulitan
dalam perjalanan hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana kualitas pandangan kita
terhadap Allah. Penghormatan itu sangat ditentukan oleh bagaimana kita
bersikap. Iman kita dapat diketahui dari cetusan-cetusan hati dan sikap kita.
Ketika beriman kepada Tuhan maka akan ada banyak hal yang hendak Tuhan
singkapkan. Daud sangat berpotensi untuk sombong maka Tuhan tekukkan lututnya
terlebih dahulu sehingga Daud tahu bagaimana merendahkan diri di hadapan Allah.
Janganlah kita menjadi orang yang semakin tahu Firman Tuhan justru menjadi
orang yang melawan Allah. Problema iman kita adalah ketika merasa dekat dengan
Allah
justru menjadi merasa
berhak mendapatkan perlakuan istimewa dari Allah.
Daud berkata aku telah menenangkan
dan mendiamkan jiwaku (ayat 2), hal ini untuk menggambarkan relasinya dengan
Allah yang seperti anak yang disapih. Bagi orang Israel, anak disapih pada usia
2 atau 3 tahun. Anak yang disapih pasti mengalami tangisan, gejolak karena
harus putus dengan sumber hidupnya. Bagi seorang anak, ibunya adalah sumber
ketersediaan segalanya baginya. Pada saat menyusu, seorang anak mendengar irama
detakan jantung ibunya yang dapat menenangkan dia. Anak yang menyusu adalah
sedang belajar mencintai demi untuk mendapatkan sesuatu. Tetapi begitu disapih,
anak harus belajar untuk tetap mencintai, mempercayai dan tetap tidak beranjak
dari ibunya.
Daud juga mengajak kita
untuk berharap kepada Tuhan dari sekarang sampai selama-lamanya (ayat 3). Dia
menganggap Allah sebagai Allah anugerah karena masih diberi kesempatan untuk
tetap berharap kepada~Nya. Amin (KAP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar