Basaria Panjaitan, Satu-satunya Jenderal Wanita di Polri |
Rabu, 27 Oktober 2010 13:16 |
hanya melihat wajah dan penampilannya dalam seragam Polwan, mungkin orang akan mengira Brigjen Pol Basaria Panjaitan adalah seorang yang tegas dan kaku. Kesan itu akan berbalik 180 derajat jika mengenal pribadinya. Brigjen Pol Basaria Panjaitan kini bertugas sebagai pengajar (widyaiswara) Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (Sespim) di Lembang. Sekilas dipandang, dia memang terlihat dingin. Padahal, kalau sudah berinteraksi, tutur kata Basaria lembut dan halus. Dia juga murah senyum. "Memang harus pas porsinya. Kalau dalam kerja harus profesional, harus tahu kapan lembut, kapan tegas," kata satu-satunya jenderal wanita di lingkungan Polri itu. Sebelum Basaria, memang ada Brigjen Pol Ruminah yang terakhir menjabat sebagai Kapolda Banten. Namun, kini Ruminah sudah pensiun. "Bertugas di Lembang ini, tempatnya enak. Bisa fokus," katanya. Di lingkungan Polwan, nama Basaria tidak asing lagi. Rekam jejaknya di dunia reserse juga membuatnya sangat disegani bahkan oleh koleganya yang laki-laki. Basaria lama sebagai reserse narkoba. Dia juga pernah menjabat sebagai Kasatnarkoba di Polda NTT dan menjadi direktur reserse kriminal Polda Kepulauan Riau 2007. Saat menjadi Direskrim Polda Kepri, Basaria sukses membongkar jaringan penyelundupan mobil-mobil mewah yang melibatkan aparat. Saat itu dia mengendalikan operasi antimafia mobil itu dari Batam. Pulau seluas 41.000 hektare tersebut diduga dipenuhi mobil curian hasil perdagangan sindikat internasional. Tak mengherankan, di jalanan tak sulit ditemukan mobil-mobil berkelas seperti Nissan X-Trail, Nissan Murano, Mercedes Type C dan S, Toyota Harrier, Toyota Cygnus, dan Lexus. Mobil-mobil bodong itu dipasok dari berbagai wilayah di Malaysia, lalu dilarikan melalui jalur darat ke wilayah Singapura. Dari Singapura, mobil-mobil tersebut "diputihkan" dengan dokumen palsu sebelum dikapalkan ke Batam dan berbagai negara tujuan lain, seperti Vietnam, Kamboja, dan India. Di Batam, ruang-ruang pamer yang tersebar di berbagai sudut kota berlomba menawarkan mobil-mobil mewah dengan harga miring yang dilengkapi surat resmi. Nomor-nomor mesinnya cocok dengan STNK maupun BPKB. Nah, saat Basaria menjabat, dia berani menangkapi cukong-cukong yang diduga menjadi pemasok mobil itu. Sejumlah aparat dari instansi terkait yang diduga memuluskan mafia tersebut juga diperiksa. Seorang mantan anak buah Basaria di lingkungan reserse menceritakan, kelembutan Basaria justru menakutkan mafia dan penjahat. "Mereka khawatir karena Bu Ria (panggilan Basaria) tak pandang bulu, kalau salah ya diproses, siapa pun dia, tidak bisa diajak lobi-lobi," kata perwira lelaki yang sekarang bertugas di lingkup antiteror Polri itu. Dia menuturkan, kelembutan Basaria dalam memberikan komando membuat anak buahnya bekerja tanpa tekanan dan bisa maksimal. "Kalau sudah diperintahkan A, bagaimanapun caranya A itu harus sukses," kenangnya. Setelah sukses dari Batam, Basaria ditarik ke Mabes Polri. Dia menjadi penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim. Lalu, Basaria dipercaya sebagai kepala Pusat Provos Polri yang dikenal sebagai satuan angker karena punya kewenangan menindak polisi "nakal". Saat menjabat sebagai Kapusprovos, Basaria mempunyai tugas yang tidak ringan. Yakni, memeriksa tindakan tidak disiplin kerja yang diduga dilakukan Komjen Susno Duadji. Setelah itu, dia menjadi kepala Biro Logistik Polri dan sekarang menjadi pengajar di Sespim, Lembang, Jawa Barat. "Prinsip saya, di mana pun ditempatkan harus sungguh-sungguh. Menjadi wanita itu bukan halangan untuk meraih puncak prestasi," tuturnya. Awal karir perempuan kelahiran 1957 itu dimulai ketika dia meraih gelar"sarjana hukum dari Universitas Jayabaya pada 1984. Saat itu tak ada di benaknya akan menjadi seorang polisi. Orang tuanya serta tujuh saudaranya juga tidak menjadi polisi. "Saya ini orangnya tipe pekerja. Saat itu saya hanya berpikir, selesai kuliah harus bekerja," kata bungsu di antara delapan bersaudara tersebut. Ketika Polri mengumumkan penerimaan Polwan dari sarjana, pada saat itulah Basaria mendaftar Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan diterima. Lulus sebagai Polwan berpangkat Ipda, Basaria langsung ditugaskan di reserse narkoba Polda Bali. "Kalau dihitung-hitung, memang saya banyak di reserse narkoba," katanya. Saat ditanya tentang harapan terhadap Kapolri yang baru Jenderal Timur Pradopo, Basaria yakin bahwa Timur akan memberikan porsi tugas yang setara antara polisi lelaki dan polwan. "Beliau dikenal sangat baik terhadap polwan. Karena itu, polwan di mana pun, saya harap, jangan kecewakan kepercayaan beliau," tegasnya. Basaria optimistis peran polwan pada masa depan semakin menonjol di lingkungan kepolisian. "Prinsipnya, kalau sama-sama mampu (dibanding polisi lelaki) jalani saja. Tunjukkan bahwa gender bukan halangan melayani masyarakat," katanya. (*/jpnn) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar