Fri, Jun 4th 2010, 11:37
Gelar Mujahid untuk Hasan Tiro
* Wasiat Terakhir: Jaga Perdamaian
Tgk Hasan Muhammad di Tiro
Pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Tgk Hasan Muhammad Ditiro, saat melakukan kunjungan silaturahmi ke rumah tempat kelahirannya di Dusun Mali Cot, Desa Tanjong Bungong, Kecamatan Sakti, Pidie, Rabu 15 Oktober 2008. SERAMBI/M ANSHAR
BANDA ACEH - Dr Tgk Hasan Muhammad Di Tiro, tokoh sentral GAM yang dijuluki “Wali Nanggroe”, di akhir hayatnya kemarin mendapat kehormatan istimewa. Almarhum ditabalkan Malik Mahmud sebagai mujahid (pejuang -red) yang tak kenal lelah berjuang untuk Aceh. Pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Tgk Hasan Muhammad Ditiro, saat melakukan kunjungan silaturahmi ke rumah tempat kelahirannya di Dusun Mali Cot, Desa Tanjong Bungong, Kecamatan Sakti, Pidie, Rabu 15 Oktober 2008. SERAMBI/M ANSHAR
“Beliau adalah orang yang kita tuakan di dalam negeri Aceh, beliau adalah orang yang kita tuakan dalam perjuangan. Beliau adalah mujahid yang naik dan turun gunung dan sebagai penegak nilai-nilai Islam. Dengan perjuangan demikian, apabila kita renungi, tentu tidak dapat diulangi lagi. Ini adalah perjuangan terakhir (Hasan Tiro-red),” kata mantan petinggi GAM, Malik Mahmud seusai jenazah Hasan Tiro dishalatkan di Masjid Raya Baiturrahman kemarin.
Saat menyampaikan hal itu, Malik, sang penandatangan MoU Helsinki mewakili pihak GAM, terlihat berurai air mata. Sementara sejumlah ulama dan para mantan petinggi GAM lainnya berada di sekeliling jasad Hasan Tiro.
Malik menyebutkan, semasa hidupnya, Hasan Tiro telah menoreh satu sejarah panjang dalam pergolakan konflik bersenjata di Aceh. Namun, semua itu kini telah berakhir setelah Pemerintah RI dan GAM menandatangani nota kesepahaman damai di Helsinki pada 15 Agustus 2005.
Perdamaian itu, ulas Malik, tidak terlepas dari niat besar Hasan Tiro semasa hidupnya untuk membawa rakyat Aceh yang telah lama didera konflik bersenjata agar dapat merasakan hidup damai. “Beliau telah meninggalkan amanah (perdamaian- red) ini. Amanah ini harus dijaga, jangan sampai mengecewakan almarhum. Kalau amanah ini tidak bisa kita laksanakan, maaf, itu artinya sama dengan kita mengkhianati Wali, berkhianat dari perjuangan,” kata Malik dengan suara terbata.
Sesaat kemudian Malik Mahmud menyebut kalimah syahadat diiringi doa yang kemudian diikuti seluruh jemaah. Gubernur Irwandi Yusuf atas nama Pemerintah Aceh menyatakan duka cita mendalam atas meninggalnya Hasan Tiro. Sosok Wali, menurut Irwandi, adalah bagian tak terpisahkan dari dinamika dan romantika sejarah perjuangan Aceh yang penuh warna. Hasan Tiro juga dianggap sosok yang telah mengantarkan rakyat Aceh ke pintu gerbang kemakmuran dan kemandirian setelah berakhirnya konflik bersenjata yang hampir 30 tahun mendera.
“Sekarang terserah kita ke mana arah dan tujuan yang ingin kita capai,” kata Irwandi. Di samping Gubernur Irwandi, terlihat juga Wagub Muhammad Nazar yang ikut shalat jenazah di Masjid Raya Baiturrahman kemarin.
Pesan terakhir
Hasan Tiro menyimpan obsesi besar agar perdamaian yang telah tertoreh di Bumi Aceh terus bersemi, tumbuh, dan berkembang sebagaimana yang dicita-citakannya semasa hidup. Hal itu disampaikan dr Farid Hussein yang dikenal sebagai arsitek perdamaian Aceh mewakili pemerintah RI dalam perundingan di Helsinki. “Beliau memiliki komitmen besar agar kelak perdamaian ini terwujud. Dan itu selalu beliau utarakan setiap kali saya ketemu beliau. Jaga perdamaian ini, tumbuhkembangkan perdamaian. Itu pesan terakhir yang disampaikan sebelum beliau sakit,” kata Farid saat melayat ke rumah dinas Ketua DPRA, Hasbi Abdullah, tempat jasad Hasan Tiro disemanyamkan sebelum menuju peristirahatan terakhir di Desa Meureu, Indrapuri, Aceh Besar.
Farid yang didampingi Juha Christensen menyebutkan, sosok Hasan Tiro sebelum sakit adalah tokoh yang terbuka dalam menerima perdamaian. “Beliau tahu betul tentang perdamaian dan kami yang mengajak beliau ke Aceh pada tahun 2008,” katanya. “Beliau sosok yang luar biasa. Beliau begitu dekat dengan kami, selalu tersenyum. Dia adalah pendamai dan komitmen perdamaian pada diri beliau itu sangat besar,” ujarnya mengenang Hasan Tiro.
Karim sedih
Sementara itu, anak semata wayang Hasan Tiro, yakni Karim Tiro hingga sore kemarin belum diperoleh kabar terkait kepulanganya ke Aceh untuk melihat jasad ayahnya untuk terakhir kali. Namun, semua prosesi berjalan lancar sampai jasad Hasan Tiro dibawa ke peristirahatan terakhir dan dimakamkan di Desa Meuru, Indrapuri, tanpa dihadiri Karim.
Walau tak dapat pulang ke Aceh, namun Karim menyatakan sedih mendengar berita kepergian ayahnya. “Karim mengatakan serbasalah. Sekarang ibunya juga sedang sakit dan dirawat, ia harus menjaga ibunya. Dia merasa sedih tak bisa pulang ke Aceh,” kata Fauzi Zainal Abidin, keponakan Hasan Tiro kepada Serambi.
Karim Tiro yang sudah menikah, tinggal bersama ibunya, Dora, di Ohio, Amerika Serikat. Menurut infromasi, ibunya yang kini berusia 77 tahun dalam keadaan sakit. Karim yang selama ini menjaga ibunya dirawat. Kini, Karim Tiro sudah menjadi doktor bidang sejarah di Xavier University, Amerika Serikat.
Fauzi juga belum dapat memastikan apakah dalam waktu dekat Karim, ayah dari Alexander itu akan pulang ke Aceh untuk menziarahi makam ayahnya. “Sampai sejauh ini belum ada. Belum ada jawaban,” katanya. Penegasan soal Karim tidak pulang ke Aceh justru diperoleh Serambi dari keluarga dekat Hasan Tiro, Musanna bin Abdul Wahab. Menurutnya, belum ada kepastian Karim akan pulang ke Aceh. “Tapi kita sudah sampaikan kabar ini. Dan dia memang mengatakan tidak bisa pulang,” ujarnya.
Musanna menambahkan, pihaknya langsung mengabarkan kepada Karim Tiro via telepon selular tentang meninggal orang tuanya kemarin siang. “Sekitar pukul 12.30 WIB tadi (kemarin) kami langsung hubungi Karim untuk menyampaikan kabar duka. Dia tidak bisa banyak bicara ketika mendegar kabar duka itu. Namun, dia pastikan tak bisa pulang dalam waktu dekat, karena ibunya (Dora) tidak ada yang menjaga,” kata Musanna mengakhir pembicaraan.
Diiringi selawat
Sebelum dibawa ke Masjid Raya Baiturrahman, jenazah Hasan Tiro disemanyamkan di rumah dinas Ketua DPRA, Hasbi Abdullah di kawasan lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Tampak sejumlah pelayat datang memberi penghormatan terakhir kepada tokoh pendiri GAM itu pada 1976. Termasuk beberapa ulama, di antaranya Tgk H Muhibuddin Waly, Wakil Ketua MPU, Tgk H A Rahman Kaoy. Di antara pelayat tampak Gubernur Irwandi berbaur bersama warga maupun mantan anggota GAM.
Sekitar pukul 16.00 WIB, setelah menjalani proses fardhu kifayah, jenazah Hasan Tiro dibawa ke Masjid Raya Baiturahman. Jenazah diusung berjalan kaki dari rumah duka diiringi selawat sepanjang perjalanan. Di antara pengantar jenazah, tampak sejumlah mantan petinggi GAM, Malik Mahmud, dr Zaini Abdullah, ajudan pribadi Wali, Muzakir Abdul Hamid, Tgk Zakaria Saman, Wagub Muhammad Nazar, dan sejumlah keluarga dekat almarhum. Juga tampak perwakilan Pemerintah RI, dr Farid Hussein. Ia didampingi Juha Christensen.
Di Masjid Raya, massa juga terlihat berkumpul dalam jumlah besar untuk mengirimkan doa terakhir kepada almarhum. Prosesi shalat jenazah dipimpin Tgk Abdurrahman, yang kabarnya merupakan keturunan dari pahwalan nasional Cut Nyak Dhien. Sekitar pukul 17.00 WIB, jenazah diberangkatkan ke Meureu, Indrapuri, Aceh Besar dengan iringan puluhan mobil. (sar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar