ABDI YANG MENDUA HATI
Kasih dan keadilan bisa dikatakan
seperti minyak dan air yang tidak dapat disatukan dalam kehidupan manusia. Di
mana kasih berbicara keadilan yang diamputasi. Tampaknya kedua nilai itu saling
bertentangan. Namun di dalam Allah, kedua nilai itu menyatu tanpa salah satunya
mengalami distorsi (penyimpangan) makna. Insiden yang terjadi dalam nas ini
merupakan suatu bukti bahwa kedua nilai itu dapat dinyatakan oleh Allah secara
bersamaan tanpa distorsi nilai. Allah begitu membenci dosa Yerobeam. Allah
secara tegas melarang abdi~Nya untuk makan atau minum apa pun di tempat
Yerobeam. Sikap ini menunjukkan keadilan Allah bahwa yang berdosa tidak akan
menerima konsekuensinya.
Allah pun memanifestasikan kasih~Nya
dengan mengirim abdi~Nya dari Yehuda dan memberikan tanda-tanda seperti mezbah
yang pecah dan tangan Yerobeam yang menjadi kejang (ayat 4-5). Sebenarnya
Yehuda bisa saja melakukan persiapan untuk menyerang Yerobeam, tetapi sekarang
Allah justru mengirim abdi~Nya dari Yehuda untuk memperingatkan Yerobeam agar
bertobat. Itu semua dilakukan sesudah Yerobeam melakukan dosa yang begitu
menjijikkan di hadapan Allah. Tetapi Abdi Allah itu mendua hati dengan mendengar
permohonan belas kasihan dari raja Yerobeam untuk memohon belas kasihan Tuhan
Allah sehingga tangan raja itu dapat kembali pulih menjadi seperti semula (ayat
6).
Dalam nas ini Allah secara obyektif telah
menempatkan setiap nilai pada porsinya, dan tetap melihat manusia sebagai
makhluk ciptaan~Nya yang Ia kasihi dan tidak membiarkan adanya nafsu, emosi,
dan unsur subyektifitas yang menjadi penghalang bagi membaurnya kedua nilai itu
sehingga keduanya menjadi bias. Dalam diri manusia, unsur emosi dan
subyektifitas selalu berperan paling dominan dalam mengambil sikap terhadap
orang yang melakukan dosa, sehingga berakibat salah satu nilai itu harus
dikorbankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar