Minggu, 19 Mei 2013

Foto Bareng waktu di Medan Di rumah Ompung Agus

Foto Bareng anak - anak waktu di Medan Di rumah Ompung Agus

Setelah selesai acara Mangadati Ir Sabar Isran Panjaitan





Setelah selesai acara Mangadati Ir Sabar Isran Panjaitan

Acara Mangadati adik Ir. Sabar Isran Panjaitan di Siantar





Acara Mangadati adik Ir. Sabar Isran Panjaitan di Siantar

Album Keluarga



Album Keluarga

Acara Penahbisan sintua Ressort HKBP Tangerang Kota di tahun 2011






Acara Penahbisan sintua Ressort HKBP Tangerang Kota di tahun 2011

Penahbisan Sintua HKBP Tangerang Kota 2011










Acara Penahbisan sintua Ressort HKBP Tangerang Kota di tahun 2011

Senin, 13 Mei 2013

Cinta Seorang Anak

Cinta Sang Anak




Berikut ini adalah sebuah cerita mengharukan dari China dimana seorang anak kecil berumur 6 tahun berjuang merawat papanya yang lumpuh.



Tse Tse kecil sedang menyuapi papanya yang lumpuh karena ayahnya yang lumpuh bertahunATT00007-tahun, anak yang baru berumur 6 tahun ini terpaksa memikul tanggung jawab rumah tangga. Selain setiap hari mencuci muka ayahnya, memijat dan memberi makan, dia masih bersama ibunya mengambil botol air mineral bekas sebagai tambahan pendapatan keluarga.

Begitu sampai di rumah, Tse Tse langsung sibuk menyiapkan seember air, lantas dengan tangannya yang mungil ia memeras selembar handuk yang besar, karena handuk terlalu besar buat dia, Tse Tse membutuhkan 3 sampai 4 menit baru bisa mengeringkannya, kemudian dengan handuk itu dia menyeka wajah ayahnya dengan lap itu. Dia sangat teliti melapnya, sepertinya khawatir kurang bersih. Setelah selesai, Tse Tse kemudian berjingkat melap punggung ayahnya, di belakang, selesai semua, dengan puas dia tersenyum ke ayahnya.

Tse Tse tahun ini berumur 6 tahun, baru kelas 1 SD, tinggal di jalan Baoan, desa Nantong. Papanya Xiong Chun pada 5 tahun lalu tiba-tiba menderita otot menyusut, di bawah leher semua lumpuh, untuk mengobati penyakitnya dia telah menghabiskan semua tabungannya. Sekarang, keluarga yang beranggotakan 3 orang ini hanya mengandalkan ibunya yang bekerja di pabrik, dengan penghasilan kecil itulah mereka berusaha bertahan hidup.

Di sekolah Houde, anak yang seumur dengannya dengan ceria bergandeng tangan dengan orang tuanya sambil berjalan, namun Tse Tse malah harus sekuat tenaga mendorong ATT00010 ayahnya pulang. Ketika mau menyeberang jalan, dia akan berhenti sejenak, menoleh kendaraan yanglalu lalang, setelah aman dia baru menyeberang. Setiap ketemu tempat yang tidak rata, Tse Tse harus mengeluarkan tenaga ekstra menaikkan roda depan, menarik kursi roda itu dari belakang, wajahnya yang mungil sampai terlihat kemerahan. Dari sekolah sampai rumah jaraknya sekitar 1.500 meter, harus ditempuh selama 20 menit.

Satu keluarga yang terdiri dari 3 orang ini hanya menempati sebuah rumah dengan ukuran 8 m2. Rumah Tse Tse adalah sebuah rumah dengan kamar kecil seukuran 8 m2, hanya besi seng menutupi atap yang menghalangi cahaya masuk ke kamar, di atap tergantung sebuah lampu energi kecil. Dalam rumah penuh debu, yang paling mencolok adalah penghargaan Tse Tse yang tergantung di dinding. Terhadap sekeluarga yang pendapatan bulanannya hanya sekitar 1.000 RMB (Rp. 1,5 juta) bisa dikatakan, sebuah TV 21 inch sudah merupakan barang mewah. Sebuah ranjang atas dan bawah sudah memenuhi seluruh kamar, di atasnya penuh dengan barang pecah belah, hanya tersisa sedikit ruang kecil. Xiong Chun berkata, itu adalah ranjang Tse Tse. Sebuah meja lipat tergantung di dinding, itu adalah meja belajar Tse Tse, juga adalah meja makan keluarga. Di samping pintu yang luasnya tidak sampai 1 m2, ada "dapur" yang dibuatnya sendiri, di samping kompor masih tersisa selembar kubis.

"Makanan dan minyak di rumah semua diberikan oleh teman mamanya, satu hari tiga kali makan, cuma makan malam yang agak lumayan, di rumah jarang makan daging, namun setiap minggu mereka akan mengeluarkan sedikit biaya untuk mengubah kehidupan anaknya, namun setiap kali makan, Tse Tse akan membiarkan saya makan dulu, baru dia makan", kata Xiong Chun.

ATT00004 Tangan mungil Tse Tse sedang memijat kaki papanya. Setiap hari Tse Tse memijat papanya sebanyak 3 kali. Mama Tse Tse bekerja di pabrik, setiap siang hari dia akan menyisakan sedikit waktu pulang ke rumah menanak nasi untuk suaminya, setelah menyuapi dia segera balik ke pabrik bekerja, tanggung jawab merawat suaminya semua di bebankan ke pundak Tse Tse. Xiong Chun memberitahu wartawan, setiap pagi jam 6.30 begitu jam alarm berbunyi, Tse Tse akan bangun, cuci muka dan sikat gigi, dia juga membantu papanya mencuci muka, selesai itu dia akan memijat tangan dan kaki papanya, kira-kira 10 menit. Pulang sekolah sore, dia akan memijat papanya lagi, malam setelah memandikan papanya, dia akan memijat papanya lagi, baru tidur.

Agar bisa lebih banyak membantu mamanya, Tse Tse kadang-kadang ikut mamanya memungut barang bekas untuk menambah penghasilan keluarga. Xiong Chun sangat sayang anaknya. Tetangga di sekeliling sangat terharu dan mengatakan: "Tse Tse sangat mengerti. Kita semua merasa bangga ada anak seperti ini ".

Boneka 5 Yuan adalah boneka yang paling disukainya. Mama membawa dia memungut botol air bekas untuk menambah penghasilan. Suatu ketika, Tse Tse memungut satu mainan mobil plastik bekas di tempat sampah, dia bagaikan mendapat barang pusaka, setiap hari akan main sebentar dengan mobil plastiknya itu.

Yang Xianfui berkata, "Kemarin mama dan anak pergi memungut besi bekas, bisa dijual
20 Yuan".

Tse Tse punya satu boneka kecil yang lucu, itu yang paling disayanginya. Setiap malam hari ia mengendongnya tidur.

"Dia melihat boneka itu di toko, beberapa kali dia memintanya, harganya hanya 5 Yuan, saya tidak tega terus, akhirnya saya nekat membelikannya" , kata Xiong Chun.

Tse Tse dengan tekun merawat papanya. Begitu tidak boleh sekolah, Tse Tse langsung menangis. Untuk mengirit biaya listrik,setiap hari begitu pulang sekolah Tse Tse akan memindahkan "meja kecilnya" keluar, mengejar siang hari menyelesaikan PR-nya.

"Uang sekolahnya setahun sekitar 3.000 sampai 4.000 Yuan, kami tidak sanggup membiayainya. Karena tidak ada uang, tahun ini saya juga melepaskan berobat lagi", kata Xiong Chun. Beberapa waktu yang lalu, dia berbicara dengan istrinya agar Tse Tse berhenti sekolah saja, Tse Tse begitu tahu langsung menangis. Xiong Chun berteriak, "Hidup normal saja bermasalah, masih harus kasih dia sekolah, sungguh susah, bila sudah tidak mungkin, biar dia berhenti saja".

Tse Tse yang sedang bermain boneka, begitu mendengar kata papanya, langsung menangis. Xiong Chun menarik Tse Tse ke sisinya, membujuk: "Papa akan usahakan kamu sekolah, biar kamu bisa sekolah!" Setelah dibujuk beberapa kali, Tse Tse baru berhenti menangis, dengan tangan mungilnya dia menyeka air matanya. "Terhadap Tse Tse, saya sungguh menyesal", sambil menangis tersedu Xiong Chun sudah tidak dapat berkata lagi. Xiong Chun berkata: "Saya percaya pasti saya akan sembuh, Tse Tse adalah harapan
saya".

Sumber : dajiyuan.com/lim

Kasih Mengalahkan segalanya

Kasih Mengalahkan Segalanya



Untuk sahabat-sahabatku, ini sebuah kisah menyentuh hati.
Kisah seorang suami istri dalam keluarga yang sangat sederhana, melihat sosok suaminya itu bisa dinilai seorang pria yang cukup sempurna terutama dalam penampilannya, tapi dia mempunyai seorang istri yang mempunyai kelainan dalam fisiknya, dimana wanita tersebut tidak mempunyai kaki sama sekali total dari ujung kaki hingga ujung paha bahkan wanita itu tidak memiliki sama sekali pinggul (bagian dari pangkal paha hingga batas pinggang), jadi sulit sekali bila duduk karena tidak memiliki alas dibawah pinggang tersebut.

Kebaikan dan rencana Tuhan tentu lain dengan yang  kita pikirkan, wanita tersebut memiliki seorang  suami yang cukup ganteng, masih muda dan luar biasa yang mau memiliki dan  mengasihi seorang wanita yang mempunyai cacat fisik bawaan. Mereka sekarang dikaruniai dua orang anak yang sangat sempurna dan lucu sekali.


Silahkan anda menyimak satu persatu foto-foto keluarga tersebut dan sudah tentu saya melihatnya dengan hati sangat terharu.

1 4 






11 2 

8 7